Isu Terkini: Muhammadiyah Berbeda Dengan Salafi

Muhammadiyah Bukanlah Salafi

{getToc} $title={Daftar Isi}

Sidoarjo, IMM Averroes - Belakangan ini ramai di media sosial X (dulunya Twitter) dengan beritanya Ustadz Adi Hidayat mengenai musik. Hal ini menjadi perdebatan antara pihak Muhammadiyah dengan pihak salafi seperti yang ramai di media sosial X tersebut yang bahkan hingga sampai ke media sosial lainnya.

Secara umum memang banyak masyarakat kita yang berasumsi bahwa Muhammadiyah itu termasuk bagian dari salafi, begitupun juga sebaliknya. Tetapi itu tidaklah benar secara mutlak, walaupun memang ada kesamaan atau kemiripan di beberapa titik.

Dari dua pihak tersebut memang ada kemiripan atau kesamaan. Akan tetapi, kesamaan tersebut tidaklah menjadikan Muhammadiyah dan Salafi menjadi entitas yang sama. (Sumber. pwmjateng)

Perbedaan antara Muhammadiyah dengan Salafi secara garis besar adalah seperti Muhammadiyah berorientasi ke masa depan, sedangkan Salafi menengok ke belakang (konservatif), Muhammadiyah menerima modernisasi dari Barat, sedangkan (sebagian) Salafi menganggapnya sebagai polusi budaya, dan lain sebagainya.

Ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto
Dok. Ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto pada Pengajian Ramadhan 1444H

Ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto, menjelaskan tentang perbedaan antara dua pihak ini, yang mana ada beberapa titik perbedaan antara Muhammadiyah dengan Salafi seperti pada poin-poin dibawah ini.

Perbedaan Muhammadiyah dengan Salafi

Metode pemahaman sumber

Meski Muhammadiyah dan Salafi sama-sama memiliki slogan kembali pada Al-Quran dan Al Sunah, namun metode pembacaannya berbeda. Menurut Agung, Muhammadiyah memahami dengan menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Salafi memahaminya secara literal. Pemahaman literal inilah yang membawa mereka pada pendapat tersulit dengan dalih kehati-hatian.

Pandangan terhadap teknologi

Dalam wacana komoderenan, kata Agung, Muhammadiyah menerima kemodernan dan melakukan modernisasi. Salafi menolak modernisasi, tapi menerima produk teknologi. “Muhammadiyah menerima budaya barat yang sesuai dengan ajaran Islam dan menolak yang tidak sesuai. Salafi menolak budaya Barat,” tuturnya dalam acara Pengajian Ramadan 1444 H pada Sabtu (25/03).

Pandangan terhadap budaya

Pada persoalan budaya lokal, Muhammadiyah menerima budaya lokal dan melakukan islamisasi terhadap budaya lokal yang tidak sesuai. Sementara Salafi menolak budaya lokal dan mengacu pada budaya Arab yang tergambar dalam hadis.

Pandangan terhadap kemanusiaan

Muhammadiyah melakukan amar ma’ruf secara individual dan kelembagaan. Secara individual dilakukan melalui pengajian, kultum dan tabligh. Secara kelembagaan dilakukan secara sistematis melalui ama usaha. Nahi Munkar dilakukan secara sistemik. Salafi melakukan dengan tahzir dan hajr al-mubtadi’. Tahzir adalah memperingatkan. hajr al-mubtadi’ adalah mengisolasi / menyingkirkan pelaku bid’ah.

Pandangan terhadap kenegaraan

Muhammadiyah mendirikan NKRI dan memperjuangkannya agar menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Sementara dalam tubuh Salafi terdapat perbedaan pandangan. Salafi Yamani patuh pada pemerintah NKRI tapi pasif. Dakwah mereka terfokus pada pembinaan akidah dan akhlak. Sedangkan Salafi Haraki dan Jihadi ingin mengganti dengan pemerintahan/negara Islam.

“Muhammadiyah memandang NKRI sudah cukup, tinggal mengisinya agar sesuai dengan ajaran Islam. Salafi Yamani apolitik, tetapi mengidolakan kehidupan berbangsa seperti zaman Nabi. Salafi Haraki dan Jihadi memperjuangkan terbentuknya negara Islam,” ucap Agung.

Pandangan terhadap kebenaran akal

Muhammadiyah berpandangan bahwa akal adalah perangkat yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk bisa survive. Akal berfungsi untuk memahami alam dan teks keagamaan. Teks keagamaan perlu dipahami dengan menggunakan akal karena Islam diturunkan untuk semua umat manusia dengan berbagai latar budaya dan peradaban yang berbeda. Salafi mengabaikan peran akal dalam menafsirkan teks keagamaan. Bagi mereka, kebenaran itu tunggal dan hanya terletak dalam wahyu. Wahyu adalah sumber pertama manusia dan sumber terakhir yang tidak bisa diperselisihkan.

Konsekuensinya, Muhammadiyah berpandangan bahwa rasionalitas dan pengembangan ilmu sosial diperlukan untuk memahami teks dan untuk membangun peradaban manusia yang maslahah dan islami. Salafi berpandangan bahwa rasionalitas dan pengembangan ilmu sosial adalah bid’ah. Anti filsafat dan anti tasawuf.

Pandangan terhadap perempuan

Menurut Muhammadiyah, perempuan memiliki peran domestik dan publik. Perempuan boleh menjadi pejabat publik dan boleh bepergian tanpa mahram bila keadaan aman dan terjaga dari fitnah. Menurut salafi, peran perempuan adalah sektor domestik, sedangkan sektor publik adalah milik laki laki. Perempuan bepergian harus bersama mahram.

“Menurut Muhammadiyah, perempuan sebagaimana laki laki yang harus mendapatkan pendidikan setinggi tingginya di semua bidang ilmu. Menurut Salafi, perempuan perlu mendapatkan pendidikan yang baik terutama keagamaan dan yang menopang peran domestiknya,” ucap Agung.

Pandangan terhadap pakaian

Bagi Muhammadiyah, pakaian yang penting menutup aurat. Boleh memakai pakaian tradisional, lokal, ataupun Barat. Batik, sarung, peci, jas, celana panjang, kebaya, dan sejenisnya, biasa dipakai di Muhammadiyah. Cara berpakaian salafi membiasakan empat identitas: jalabiya (pakaian panjang), isbal (celana cingkrang), lihya (jenggot), dan niqab (cadar).

Pandangan terhadap seni

Bermusik, bernyanyi, main drama, teater menurut Muhammadiyah bisa menjadi media dakwah. Bagi salafi, seni jenis itu adalah bid’ah dan haram. Nonton TV, mendengarkan radio dan hiburan adalah dilarang.

Pandangan terhadap dakwah

Muhammadiyah berdakwah kepada Muslim dan non-Muslim. Kepada objek non-Muslim, didakwahi agar mengerti Islam. Kepada objek Muslim didakwahi agar menjadi muslim ideal yang lebih baik. Pendekatannya dengan prinsip hikmah, edukasi, dan dialog. Salafi berdakwah kepada muslim saja agar menjadi Muslim ideal yang bermanhaj salaf. Adapun non-Muslim dipandang kafir.

Selain adanya banyak persamaan di beberapa titik, sebagai muslim kita harus tetap melihat lebih jauh mengenai dua pihak ini bahwa mereka itu berbeda, terlebih lagi pada bagian perbedaan yang sudah dijelaskan diatas.

Penulis: RPK IMM Averroes

Sumber referensi

PWM Jateng

PWMU.co

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال